Rabu, 29 Agustus 2012

Cerpen Listya "WENDA DAN SI PAHLAWAN RENTA"


Perkenalan Tokoh

Pak Junaidi
Beliaulah tokoh utama dicerpen ini. Beliau bekerja sebagai tukang sapu di SD Darut Taqwa. Pak Junaidi sangat rajin menyapu halaman sekolah. Umur Pak Junaidi sudah renta, sekitar 68 tahun.

Wenda
Wenda adalah anak yang pandai. Ia sangat mengenali kebersihan. Wenda bersekolah di SD Darut Taqwa baru saja beberapa bulan yang lalu, tetapi Sari sudah memiliki banyak teman, salah satunya Vani dan Sari.

Vani
                  Vani adalah anak yang bijak. Ia sering membantu teman yang sedang kesusahan. Bagi Vani jika di salah satu temannya menderita, maka derita itu juga ia rasakan.

Sari
Sari adalah anak yang pandai basket. Ia  juga pandai dalam acting. Sari adalah anak tunggal. Maka itu Sari sangat dimanja. Segala keinginannya dituruti. Tetapi, Sari sangat disiplin dan mandiri.

Pak Firman
                     Pak Firman ini adalah guru IPS, PKn, sekaligus walikelas kami yang paling istimewa. Entah kenapa pak Firman ada tempat tersendiri dihati kami. Pak Firman selalu menegakkan kedisiplinan dalam aturan KBM.







WENDA DAN
SI PAHLAWAN RENTA

Senin ini anak-anak sedang melaksanakan upacara bendera. Seperti biasanya, anak-anak kelas satu hingga kelas enam berbaris di lapangan upacara. Tak seperti biasanya, Senin pagi ini sangat panas sekali. Ya, maklum, musim kemarau. Banyak daun berguguran disana-sini. Srek-srek-srek terdengar suara gesekan sapu lidi dan paving halaman sekolah.
“Kasihan sekali Pak Junaidi, membersihkan lapangan seluas ini sendirian, benar-benar pahlawan kebersihan di sekolah ini”. Batin Wenda sambil menoleh ke belakang seraya melihat Pak Junaidi yang sudah renta sedang membersihkan halaman sekolah tanpa pernah mengeluh sedikit pun.
 “Laporan kepada Pembina upacara bahwa upacara telah selesai dilaksanakan.” Kata sang MC membacakan teksnya.
Setelah upacara selesai dilaksanakan, anak berhamburan dari tempat berbaris upacara. Ada yang kekelas, ke taman, dan duduk-duduk diteras masjid.
 Sesampai di kelas pun sudah disambut oleh Pak Firman, guru IPS, PKn, sekaligus walikelas kami. Wow! Cepat sekali Pak Firman batin Vani. 
“ Hari ini kita akan membahas kerajaan Hindu dan Budha. Apakah salah satu dari kalian ada yang mengetahui kerajaan pertama Hindu, dan kerajaan pertama Budha?” tanya Pak Firman.
“ Saya Pak.” Acung tangan Wenda.                                                          
“ Kerajaan pertama Hindu adalah Kutai, sedangkan kerajaan pertama Budha adalah Kalingga.” Sambung Wenda.
“ Ya, bagus Wenda, hari ini saya akan memberi score tambahan kepadamu!” kata Pak Firman.
“ Thanks, Pak.” Jawab Wenda lirih.
“ Pendiri kerajaan Kutai adalah Kudungga, kerajaan ini terletak dipulau Kalimantan. Sedangkan  salah satu peninggalan yang ditemukan adalah Yupa. Paham?” tanya plus kata Pak Firman memulai pelajaran.
“ Paham, Pak…” jawab seluruh isi kelas.
                  Kringg-kringg-kringg….., bunyi bel tanda istirahat pun bunyi. Segeralah anak-anak pergi ke kantin untuk membeli jajan. Tidak seperti yang lainnya, Wenda, Vani, dan Sari tidak pergi ke kantin. Mereka lebih memilih pergi ke Perputakaan untuk menimba ilmu. Itu mau mereka sendiri lho! Ditengah perjalanan Wenda bertanya kepada Vani dan Sari.
                  “ Eh, kalian ngerasa kasihan nggak sama Pak Junaidi, itu… si pahlawan kebersihan di sekolah kita…?” Tanya Wenda pada Vani dan Sari.
                  “ Ya, kasihan sih, tapi itukan sudah menjadi tugas dia menjadi tukang sapu!” jawab Sari spontan.
                  “ Oh, gitu…, kalau kamu Van?” tanya Noula.
                  “ Aku sih, juga kasihan. Tapi apa salah Pak Junaidi sampai kamu merasa kasihan padanya?” tanya Vani.
                  “ Aku kasihan sama Pak Junaidi, karena anak-anak itu sering banget buang sampah sembarangan. Aku nggak tega, kalau Pak Junaidi itu harus memunguti sampah. Manalagi Pak Junaidi sudah tua, harus bekerja di sekolah ini menyapu halaman!”
“ Oh, jadi itu alasan kamu merasa iba kepada Pak Junaidi?” tanya Sari.
“ Bukan alasan, tapi itu nyata, Sari!” jawab Wenda spontan.
“ Terus maumu, Wen?”  tanya Vani.
“ Ya, kita mau bantu Pak Junaidi. Tapi pakai cara yang lain! Contohnya ngingetin anak lain yang lagi buang sampah sembarangan!! Ngerti?” jawab Wenda.
                  “OK!” jawab Vani dan Sari berbarengan.
               Kringg-kringg-kringg. Bel tanda masuk istirahat berbunyi. Dengan berjalan cepat, Wenda, Vani, dan Sari sampai dikelas.  Setelah sampai dikelas, anak-anak langsung duduk dibangku masing-masing menunggu kedatangan Pak Firman.
                  “ Assalammu’alaikum” salam Pak Firman.
                  “ Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh” jawab seluruh isi kelas.
                  “ Ayo anak-anak, kita lanjutkan KBM kita!” ajak Pak Firman. Kalian pasti bingung kan? Apa itu KBM? KBM itu singkatan dari Kegiatan Belajar Mengajar.
                  “ Apakah kalian ada yang mengetahui kerajaan Hindu kedua setelah Kutai?” Tanya Pak Firman.        
                   “ Saya pak.” Acung tangan Sari.
                  “ Kerajaan kedua Hindu setelah Kutai adalah Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara inilah kerajaan yang pertama berada di Jawa. Tepatnya di Jawa Barat.” Jawab Sari lengkap.
                  “ Ya, Sari! Saya memberi nilai tambahan untukmu.” Kata Pak Firman sambil mengacungkan jempol.
                  “ OK! Apakah diantara kalian yang mengetahui raja dari kerajaan Tarumanegara?” Tanya Pak Firman.
                  “ Aku Pak! Raja dari Tarumanegara ialah Purnawarman!” jawab Vani.
                  “ Baiklah! Saya juga akan memberi nilai plus untukmu!” kata Pak Firman.
                  “ Waktu anak-anak melaksanakan shalat Dhuhur!” kata Pak Hidayat kepala sekolah kami memberitakan lewat speaker.
               “ Ya, sudah anak-anak, waktunya habis. Wassalamualikum warah matullah.” Salam penutup Pak Firman saat akan keluar kelas.
                    “ Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.” Jawab seisi kelas. Langsung saja mereka semua ganti sandal untuk melaksanakan shalat berjamaaah bersama di masjid.   
                    “Allahu akbar.” Imam membacakan takbiratul ikhram dengan suara nyaring.
                    “ Assalam mualaikum warahmatullah.” Salam imam mengakhiri shalat. Setelah berdo’a dan shalat sunnah, dari kelas satu hingga kelas enam pergi ke ruang makan untuk makan siang. Wah! Menu hari ini adalah soto ayam lamongan. Setelah selesai makan siang, berdo’a dan keluar ruang makan. Ada yang pergi ke kantin, kembali kekelas, ketaman, dan kekoperasi.
Tampaknya Wenda, Vani, dan Sari pergi kekantin untuk membeli snack. Saat akan naik tangga kantin, Noula melihat ada anak kelas satu perempuan yang membuang bungkus permen ditangga. Dengan tegas Noula mengingatkan adik kelasnya
                    “ Dik, tolong sampahnya dibuang ke tempat sampah ya…, biar sekolahnya nanti terlihat bersih! Ya!” perintah Wenda kepada adik kelasnya yang bernama Rara. Ya biasa, dibaju Rara kan ada tulisan namanya. Jadi maklum, kalau Wenda tau, hihihi!
                    “ Nggak mau kak, kan ada Pak Junaidi yang bersih-bersih sekolah, kenapa harus mesti bantuin! Dia juga dibayar kok sama bu guru!” kata Rara mengelak ajakan baik Wenda.
                    “ Adik kelas kakak yang cantik seperti putri, kita disekolah dididik untuk menjaga lingkungan sekolah, jadi kakak harap untuk Rara membantu Pak Junaidi membersihkan sekolah OK! Ya, maksud kakak Rara mengajak kakak kelas yang lainnya untuk tidak membuang sampah sembarangan. Rara tahukan, kalau juga kasihan Pak Junaidi sudah tua, beliau masih harus menghidupi keluarganya. Jadi karena itu, kita nggak boleh egois, OK?” jelas  Wenda kepada Rara.
                    “ Jadi kak, kita enggak boleh capek-capekin Pak Junaidi. Karena Pak Junaidi juga capek membersihkan sekolah ini sendirian? Maka itu kita harus bantu Pak Junaidi ?” tanya Rara yang sepertinya sudah muali paham.
                    “ Ya, pintar sekali kamu!” jawab Noula. Tanpa disadari ternyata Bu Sholiha mendengar dan melihatnya. Maka itu Bu Sholiha memberi tahukan kepada Pak Firman. Dan pada seminggunya yaitu hari Senin, Pak Firman menjadi Pembina upacara dan berkata
                    “ Kita harus meniru sikap baik dan terpuji seperti Wenda. Ia Sering mengingatkan sesama teman ataupun adik kelas agar bersama-sama menjaga kebersihan sekolah. Kita juga harus menghargai jasa-jasa Pak Junaidi yang sudah renta tetap berjuang dengan semangat membersihkan sekolah kita tanpa pernah mengeluh. Untuk itu anak- anak, mari kita berjuang dengan belajar yang tekun, penuh semangat, tidak pernah mengeluh seperti yang dicontohkan oleh semangat Pak Junaidi, Si Pahlawan kebersihan di sekolah ini. Selamat berjuang untuk meraih cita-cita kalian ”   
                                         


                                                      Biodata penulis

Nama: Dewi lia listyawati
TTL: Surabaya, 07 Januari 2001
Alamat rumah: Jln. Gunung Sari I /3 No. 57 A Surabaya
Alamat sekolah: SDI Darut Taqwa Surabaya

Senin, 27 Agustus 2012

CERPEN SASKY "MENGAPA KAMU BEGITU?"


    Tema: kejujuran
Mengapa kamu begitu?
           Jam dua belas. Terik matahari menyinari atap warna coklat rumah Milka. Di kamar, Milka sedang menunjukkan aksesoris barunya kepada Cici.
”Eh...Cici, lihat! Ini aksesoris baruku.” kata Milka.
”Waw...bagus sekali! kamu membeli ini dimana?” tanya Cici.
”Aku tidak tau, aku hanya dikado oleh mamaku, mungkin mamaku membelinya di toko Stroberi.” jawab Milka
Cici hanya tersenyum manis dan menggerutu dalam hati. Ia iri karena Milka mempunyai aksoseris yang baru dan bagus. Saat mereka tengah bermain, Cici meng-sms papanya agar segera menjemputnya dari rumah Milka.
”Eh..Milka, sebentar lagi aku pulang.” kata Cici.
”Lho,kenapa pulang Ci?” tanya Milka.
”Ya...tidak apa-apa, lagipula aku sedikit lelah. Tadi kan sehabis pulang sekolah aku langsung bermain ke rumahmu” jawab Cici
Sebenarnya Cici hanya beralasan kepada Milka karena dari tadi Milka memamerkan barang-barang yang dia punya.
              Tidak lama kemudian Cici dijemput oleh papanya, lalu saat dalam perjalanan Cici merayu papanya untuk membelikannya aksesoris seperti milik Milka.
”Papa, teman Cici ada yang punya aksesoris baru dan aksesoris itu bagus sekali. Papa mau nggak beliin Cici aksesoris itu?” rayu Cici.
”Memang nya temanmu itu membeli aksesoris itu dimana dan berapa  harganya?” tanya Papa Cici
“Dia belinya di toko stroberi, tapi aku tidak tau harganya berapa.” kata Cici.
Papa Cici mau membelikan aksesoris itu asalkan harganya tidak mahal. Setelah dilihat di tokonya, ternyata harganya mahal dan Papa Cici tidak mengijinkan Cici untuk membeli aksesoris itu. Cici tetap berusaha merayu papanya supaya diijinkan untuk membeli barang yang diinginkannya. Tetapi  papanya tetap tidak mengijinkan.

Akhirnya Cici menurut apa kata papanya. Kebetulan besok adalah hari Sabtu dan Cici meminta papanya untuk mengantarkannya ke rumah Milka.
“Papa! Cici boleh nggak  main kerumah Milka lagi?” tanya Cici
 “Iya sayang, boleh kok” jawab Papa.
Maksud Cici ingin kerumah Milka adalah Cici ingin mengambil aksesoris milik Milka. Cici melakukan seperti itu karena Cici iri kepada Milka. Keesokan harinya Cici masuk sekolah, Cici diantar papanya ke sekolah dan saat Cici masuk kelas Cici melihat Milka sedang memamerkan aksesorisnya kepada teman-temannya. Perasaan Cici yang iri itu semakin menjadi-jadi dan Cici semakin benci kepada Milka. Saat tengah-tengah mengerjakan tugas pelajaran tiba-tiba bel istirahat berbunyi.
kring...kring...kring
Cici segera keluar kelas untuk menuju ke kantin bersama sahabatnya yang bernama Lili.
 Saat Cici membeli makanan Cici berbicara kepada Lili.
”Eh...! Lili kamu suka nggak sama Milka?” tanya Cici.
”Hmm...! gimana ya...? menurut ku sih biasa aja.” kata Lili.
“Hah..gimana sih, Li? Itu kok kamu anggap biasa sih? kamu nggak sadar ya, tadi pagi Milka itu pamer aksesorisnya itu lho...! huhh...ihhh... aku males banget sama Milka, sombong banget, punya aksesoris baru aja pamer, punya barang baru pamer, sedikit-sedikit pamer.” kata Cici dengan nada tinggi.
”Hmm...iya juga sih, kamu benar, Ci.” kata Lili.
 Cici dan Lili tertawa-tawa terbahak-bahak. Tiba-tiba terdengar suara dering bel istirahat selesai.
kring...kring...kring...
Cici dan Lili segera beranjak dari kantin dan masuk ke kelas. Saat mereka ke kelas hati mereka yang tadi nya penuh dengan canda dan tawa sekarang berubah kembali menjadi hati yang licik dan jahat karena mereka melihat Milka yang tak henti-hentinya memamerkan aksesoris barunya kepada teman-temannya.
“Eh...eh, Cici, lihatlah itu! Lagi-lagi Milka memamerkan aksesorisnya lagi, huhh.....! kapan sih dia bisa berhenti memamerkan aksesorisnya itu” gerutu Lili.
”Iya Li, kamu benar. Hmm...hmm...hmm...! Eh Li, aku punya rencana.” Kata Cici dengan sedikit berbisik.
Cici membisikkan rencananya itu ke telinga Lili.
“Gimana rencana ku Li, bagus nggak?, setuju nggak?” tanya Cici.
“Hmm...boleh juga, menurutku itu adalah rencana yang sangat sempurna, rencanamu bagus, Ci.” kata Lili.
Cici sudah merencanakan sesuatu dengan Lili dan untuk menjalankan rencananya itu, siang ini Cici akan pergi ke rumah Milka.
Tidak terasa waktu begitu cepat, jarum jam sudah menunjukkan angka dua belas. Bel pulang sekolah pun telah berbunyi. Cici dan Lili segera menuju ke luar kelas.
”Cici jangan lupa ya...! jalankan tugasmu dengan baik.” kata Lili mengingatkan Cici.
”Oke deh...!” jawab Cici.
Saat Cici masih berjalan  keluar kelas, Ia melihat Milka sedang berada di taman sekolah. Ia segera menghampiri Milka
“Eh Milka, boleh nggak nanti aku ke rumah mu?” tanya Cici pada Milka.
”Hmm..! boleh saja, terserah kamu aja.” Jawab Milka.
Tak lama kemudian Cici dijemput oleh papanya.
”Pa, papa kan sudah bilang mau nganterin aku ke rumah Milka.” kata Cici.
“Iya Ci, Papa antar kamu ke rumah Milka.” kata Papa Cici.
Cici hanya berpura-pura senang bermain ke rumah Milka, padahal ia senang karena ia membayangkan akan berhasil melakukan rencananya.
 “Assalamualaikum, Milka..Milka...!” kata Cici sambil mengetuk pintu rumah Milka.
Milka yang sebelumnya sedang berada di kamarnya segera beranjak untuk membuka pintu rumahnya.
“Waalaikumsalam, eh..Cici ayo masuk!” kata Milka
Saat Cici sudah masuk ke ruang tamu rumah Milka, Cici langsung diajak oleh Milka untuk masuk ke dalam kamarnya
“Eh, Milka boleh lihat aksesorismu nggak?” tanya Cici
“Iya, boleh kok.” kata Milka sambil memberikan kotak aksesoris miliknya.
Merekapun bermain bersama cukup lama.
”Aduh kapan sih Milka keluar dari kamar ini?” gerutu Cici dalam hati.
             Beberapa menit berlalu dan keinginan Cici pun terkabul. Milka pergi ke kamar mandi.
“Eh Cici, sebentar ya...! Aku ke kamar mandi dulu.” kata Milka
“Eh..eh...i...i...iya Milka” jawab Cici.
Saat Milka masih di kamar mandi Cici cepat-cepat menjalankan rencananya dan segera mengambil aksesoris milik Milka. Ia segera memasukkan aksesoris tersebut ke dalam tas nya dan ia pun segera pulang dari rumah Milka.
“Eh, Milka aku pulang dulu ya...!” teriak Cici
Cici berbicara tergesa-gesa kepada Milka karena Cici takut ketahuan oleh Milka.
“Oh...! ya sudah kalau begitu, terima kasih ya kamu telah berkunjung ke rumah ku”
Milka tidak sempat bicara agak lama dengan Cici karena Cici sudah terburu-buru pulang. Cici meninggalkan rumah Milka dengan wajah licik yang terlihat jelas dari raut wajahnya.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Milka yang terlihat gelisah segera masuk ke dalam ruangan kelas dengan tubuhnya yang lemas.
“Kamu kenapa, Milka?” tanya Lili pada Milka.
“Aksesorisku hilang... Aku nggak tau aksesorisku dimana.” kata Milka dengan nada bersedih.
“Oh..” jawab Lili sambil meninggalkan Milka begitu saja.
Bel masuk sekolah pun berdering dan pelajaran pun dimulai.  Milka mengikuti pelajaran dengan gelisah dan tidak semangat. Ia masih memikirkan aksesorisnya yang hilang.
Bel istirahat berbunyi.
“Eh kayaknya Cici deh yang ngambil aksesorisku, karena aksesorisku hilang kan waktu Cici pulang dari rumahku. Lagipula Cici meninggalkan rumahku dengan tergesa-gesa.” kata Milka pada teman-temannya.
Di kantin, Cici dan Lili tertawa puas karena mereka telah berhasil mengambil aksesoris Milka.
“Hahaha rasain Milka, biar kamu kapok. Salah sendiri sukanya pamer-pamerin barang baru.” kata Cici pada Lili sambil tertawa terbahak-bahak.

            Milka dan teman-temannya kembali ke kelas karena bel selesai istirahat akan segera berbunyi. Saat mereka akan memasuki pintu  kelas, Milka mendengar obrolan Cici dan Lili yang sedang membicarakan dirinya. Ternyata Milka tidak sengaja mendengar sebuah ucapan dari mulut Lili yang sulit ia dipercaya. Ia baru mengetahui kalau Cici lah yang telah mengambil aksesoris miliknya.
Setelah bel pulang sekolah, Milka dan teman-temannya menuju taman sekolah untuk bermain.
“Eh eh eh, kalian dengar nggak tadi waktu kita mau masuk kelas, Cici sama Lili membicarakan aku. Ternyata sebenarnya Cici yang mengambil aksesorisku.” kata Milka pada teman-temannya
“Apa?” teriak teman-teman Milka bersamaan seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Milka.
“Kamu tau dari mana, Milka? Mereka kan anak baik.” tanya Ifa.
“Iya aku tadi dengar sendiri Lili bilang seperti itu ke Cici.” jawab Milka.
Cici dan Lili yang mendengar perkataan Milka dengan teman-temannya langsung saja kaget bukan main. Mereka bingung dari mana Milka tau kalau Cici yang mengambil aksesoris Milka. Cici dan Lili mulai panik. Lalu terlihat teman-teman Milka datang menghampiri Cici dan Lili.
“Benarkah kamu yang sudah mengambil aksesoris Milka?” tanya Ifa pada Cici.
“Hah? Bu..bu..bukan aku yang ngambil. Jangan menuduh dong! Kamu kan nggak punya bukti.” sentak Cici.
Milka dan teman-temannya segera meninggalkan Cici dan Lili dengan keraguan dan kecurigaan. Cici yang sudah terlanjur panik akhirnya mengelus dada.
“Fyuh! Untung saja gak ketauan sama mereka. Kalau ketauan bagaimana nasibku nanti.” kata Cici pada Lili.
Milka pun pulang. Sesampainya di rumah, ia segera memberitau papanya kalau ternyata Cici yang mengambil aksesorisnya. Papanya kaget bukan main. Ya, bagaimana tidak, Cici adalah anak yang sopan dan baik. Bisa-bisanya ia mencuri barang milik anaknya.
“Oke besok papa akan lapor kepada wali kelasmu.” kata Papa Milka

            Keesokan harinya, Milka pergi ke sekolah bersama papanya.
“Selamat pagi, bu.” sapa Papa Milka.
“Pagi, Pak. Ada perlu apa ya?” tanya Bu Keni.
“Tolong ajarkan murid anda untuk tidak mencuri barang milik anak saya!” kata Papa Milka.
“Maaf, Pak. Siapakah yang anda maksud?” tanya Bu Keni
“Cici, bu. Dia telah mencuri aksesoris milik anak saya.” kata Papa Milka.
Milka menjelaskan kejadian yang sudah dialaminya itu.
Akhirnya, Bu Keni pun segera menuju ke kelas untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“Anak-anak, Ibu ingin tanya sesuatu. Apakah ada yang tau siapa yang sudah mencuri aksesoris milik Milka?” tanya Bu Keni
Hampir seisi kelas langsung menoleh ke arah Cici. Cici hanya diam dan sedikit menunduk.
“Cici, apakah kamu yang mengambil aksesoris Milka?” tanya Bu Keni lagi.
Cici semakin panik dan keringat dinginnya pun mulai bercucuran.
“Ti..ti..tidak, bu. Bukan saya yang mengambil aksesoris Milka.” jawab Milka dengan panik.
“Kamu jangan bohong, Cici.” Kata Milka.
“Aku nggak bohong, Milka. Memang mana buktinya?” tanya Cici dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
“Ada kok buktinya. Nih, menemukan ini di dalam tasmu.” jawab Milka sambil mengangkat sebuah kotak aksesoris merahnya.
Cici hanya diam. Dia tidak tau apa yang harus ia katakan lagi karena buktinya sudah jelas kalau memang ia yang mencuri aksesoris Milka.
“Oke aku mengaku. Sebenarnya aku iri padamu. Maafkan aku, Milka.” kata Cici sambil meneteskan air mata.
Bu Keni pun merangkul Cici dan Milka.
“Sudah sekarang kalian baikan ya.. Teman bisa saja jadi musuh kalau kamu bersikap begitu, Cici. Kejujuran adalah segala-galanya. Percuma saja kamu menjalani sebuah pertemanan kalau tanpa didasari sebuah kejujuran.” kata Bu Keni.
Akhirnya Cici dan Milka pun berpelukan dan meneteskan air mata bersama. Cici pun sadar kalau yang telah dilakukannya itu salah dan Milka membuat kejadian itu sebagai pelajaran.
BIODATA

Nama                                    :  Yavica Sasky
Alamat                                 :  Jl. Dukuh Kupang Timur XV No. 69-71, Surabaya
Tempat, tanggal, lahir          :  Surabaya, 13 April 2002
Sekolah                              : SDI Darut Taqwa Surabaya