Tema: kejujuran
Mengapa kamu begitu?
Jam dua belas. Terik matahari menyinari atap
warna coklat rumah Milka. Di kamar, Milka sedang menunjukkan aksesoris barunya
kepada Cici.
”Eh...Cici, lihat! Ini aksesoris baruku.”
kata Milka.
”Waw...bagus sekali! kamu membeli
ini dimana?” tanya Cici.
”Aku tidak tau, aku hanya dikado
oleh mamaku, mungkin mamaku membelinya di toko Stroberi.” jawab Milka
Cici hanya tersenyum manis dan
menggerutu dalam hati. Ia iri karena Milka mempunyai aksoseris yang baru dan
bagus. Saat mereka tengah bermain, Cici meng-sms papanya agar segera
menjemputnya dari rumah Milka.
”Eh..Milka, sebentar lagi aku
pulang.” kata Cici.
”Lho,kenapa pulang Ci?” tanya
Milka.
”Ya...tidak apa-apa, lagipula aku
sedikit lelah. Tadi kan sehabis pulang sekolah aku langsung bermain ke rumahmu”
jawab Cici
Sebenarnya
Cici hanya beralasan kepada Milka karena dari tadi Milka memamerkan
barang-barang yang dia punya.
Tidak lama kemudian Cici dijemput
oleh papanya, lalu saat dalam perjalanan Cici merayu papanya untuk membelikannya
aksesoris seperti milik Milka.
”Papa, teman Cici ada yang punya
aksesoris baru dan aksesoris itu bagus sekali. Papa mau nggak beliin Cici
aksesoris itu?” rayu Cici.
”Memang nya temanmu itu membeli
aksesoris itu dimana dan berapa harganya?” tanya Papa Cici
“Dia belinya di toko stroberi, tapi
aku tidak tau harganya berapa.” kata Cici.
Papa Cici mau membelikan aksesoris
itu asalkan harganya tidak mahal. Setelah dilihat di tokonya, ternyata harganya
mahal dan Papa Cici tidak mengijinkan Cici untuk membeli aksesoris itu. Cici
tetap berusaha merayu papanya supaya diijinkan untuk membeli barang yang
diinginkannya. Tetapi papanya tetap
tidak mengijinkan.
Akhirnya Cici
menurut apa kata papanya. Kebetulan besok adalah hari Sabtu dan Cici meminta
papanya untuk mengantarkannya ke rumah Milka.
“Papa! Cici boleh nggak main kerumah Milka lagi?” tanya Cici
“Iya sayang, boleh kok” jawab Papa.
Maksud Cici ingin kerumah Milka adalah
Cici ingin mengambil aksesoris milik Milka. Cici melakukan seperti itu karena
Cici iri kepada Milka. Keesokan harinya Cici masuk sekolah, Cici diantar
papanya ke sekolah dan saat Cici masuk kelas Cici melihat Milka sedang
memamerkan aksesorisnya kepada teman-temannya. Perasaan Cici yang iri itu
semakin menjadi-jadi dan Cici semakin benci kepada Milka. Saat tengah-tengah
mengerjakan tugas pelajaran tiba-tiba bel istirahat berbunyi.
kring...kring...kring
Cici segera keluar kelas untuk
menuju ke kantin bersama sahabatnya yang bernama Lili.
Saat Cici membeli makanan Cici berbicara
kepada Lili.
”Eh...! Lili kamu suka nggak sama
Milka?” tanya Cici.
”Hmm...! gimana ya...? menurut ku sih
biasa aja.” kata Lili.
“Hah..gimana sih, Li? Itu kok kamu
anggap biasa sih? kamu nggak sadar ya, tadi pagi Milka itu pamer aksesorisnya
itu lho...! huhh...ihhh... aku males
banget sama Milka, sombong banget, punya aksesoris baru aja pamer, punya barang
baru pamer, sedikit-sedikit pamer.” kata Cici dengan nada tinggi.
”Hmm...iya
juga sih, kamu benar, Ci.” kata Lili.
Cici dan Lili tertawa-tawa terbahak-bahak.
Tiba-tiba terdengar suara dering bel istirahat selesai.
kring...kring...kring...
Cici dan Lili segera beranjak dari
kantin dan masuk ke kelas. Saat mereka ke kelas hati mereka yang tadi nya penuh
dengan canda dan tawa sekarang berubah kembali menjadi hati yang licik dan
jahat karena mereka melihat Milka yang tak henti-hentinya memamerkan aksesoris
barunya kepada teman-temannya.
“Eh...eh, Cici, lihatlah itu!
Lagi-lagi Milka memamerkan aksesorisnya lagi, huhh.....! kapan sih dia bisa
berhenti memamerkan aksesorisnya itu” gerutu Lili.
”Iya Li, kamu benar. Hmm...hmm...hmm...!
Eh Li, aku punya rencana.” Kata Cici dengan sedikit berbisik.
Cici membisikkan rencananya itu ke
telinga Lili.
“Gimana rencana ku Li, bagus
nggak?, setuju nggak?” tanya Cici.
“Hmm...boleh juga, menurutku itu
adalah rencana yang sangat sempurna, rencanamu bagus, Ci.” kata Lili.
Cici sudah merencanakan sesuatu
dengan Lili dan untuk menjalankan rencananya itu, siang ini Cici akan pergi ke
rumah Milka.
Tidak terasa waktu begitu cepat, jarum jam
sudah menunjukkan angka dua belas. Bel pulang sekolah pun telah berbunyi. Cici
dan Lili segera menuju ke luar kelas.
”Cici jangan lupa ya...! jalankan
tugasmu dengan baik.” kata Lili mengingatkan Cici.
”Oke deh...!” jawab Cici.
Saat Cici masih berjalan keluar kelas, Ia melihat Milka sedang berada
di taman sekolah. Ia segera menghampiri Milka
“Eh Milka, boleh nggak nanti aku ke
rumah mu?” tanya Cici pada Milka.
”Hmm..! boleh saja, terserah kamu
aja.” Jawab Milka.
Tak lama kemudian Cici dijemput oleh
papanya.
”Pa, papa kan sudah bilang mau
nganterin aku ke rumah Milka.” kata Cici.
“Iya Ci, Papa antar kamu ke rumah Milka.”
kata Papa Cici.
Cici hanya berpura-pura senang
bermain ke rumah Milka, padahal ia senang karena ia membayangkan akan berhasil
melakukan rencananya.
“Assalamualaikum, Milka..Milka...!” kata Cici
sambil mengetuk pintu rumah Milka.
Milka yang sebelumnya sedang berada
di kamarnya segera beranjak untuk membuka pintu rumahnya.
“Waalaikumsalam, eh..Cici ayo masuk!”
kata Milka
Saat Cici sudah masuk ke ruang tamu
rumah Milka, Cici langsung diajak oleh Milka untuk masuk ke dalam kamarnya
“Eh, Milka boleh lihat aksesorismu
nggak?” tanya Cici
“Iya, boleh kok.” kata Milka sambil
memberikan kotak aksesoris miliknya.
Merekapun bermain bersama cukup
lama.
”Aduh kapan sih Milka keluar dari
kamar ini?” gerutu Cici dalam hati.
Beberapa menit berlalu dan keinginan
Cici pun terkabul. Milka pergi ke kamar mandi.
“Eh Cici, sebentar ya...! Aku ke
kamar mandi dulu.” kata Milka
“Eh..eh...i...i...iya Milka” jawab
Cici.
Saat Milka masih di kamar mandi
Cici cepat-cepat menjalankan rencananya dan segera mengambil aksesoris milik
Milka. Ia segera memasukkan aksesoris tersebut ke dalam tas nya dan ia pun
segera pulang dari rumah Milka.
“Eh, Milka aku pulang dulu ya...!”
teriak Cici
Cici berbicara tergesa-gesa kepada
Milka karena Cici takut ketahuan oleh Milka.
“Oh...! ya sudah kalau begitu, terima
kasih ya kamu telah berkunjung ke rumah ku”
Milka tidak sempat bicara agak lama
dengan Cici karena Cici sudah terburu-buru pulang. Cici meninggalkan rumah
Milka dengan wajah licik yang terlihat jelas dari raut wajahnya.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang
lima menit. Milka yang terlihat gelisah segera masuk ke dalam ruangan kelas
dengan tubuhnya yang lemas.
“Kamu kenapa, Milka?” tanya Lili
pada Milka.
“Aksesorisku hilang... Aku nggak
tau aksesorisku dimana.” kata Milka dengan nada bersedih.
“Oh..” jawab Lili sambil
meninggalkan Milka begitu saja.
Bel masuk sekolah pun berdering dan
pelajaran pun dimulai. Milka mengikuti
pelajaran dengan gelisah dan tidak semangat. Ia masih memikirkan aksesorisnya
yang hilang.
Bel istirahat berbunyi.
“Eh kayaknya Cici deh yang ngambil
aksesorisku, karena aksesorisku hilang kan waktu Cici pulang dari rumahku.
Lagipula Cici meninggalkan rumahku dengan tergesa-gesa.” kata Milka pada
teman-temannya.
Di kantin, Cici dan Lili tertawa
puas karena mereka telah berhasil mengambil aksesoris Milka.
“Hahaha rasain Milka, biar kamu
kapok. Salah sendiri sukanya pamer-pamerin barang baru.” kata Cici pada Lili
sambil tertawa terbahak-bahak.
Milka
dan teman-temannya kembali ke kelas karena bel selesai istirahat akan segera
berbunyi. Saat mereka akan memasuki pintu
kelas, Milka mendengar obrolan Cici dan Lili yang sedang membicarakan
dirinya. Ternyata Milka tidak sengaja mendengar sebuah ucapan dari mulut Lili
yang sulit ia dipercaya. Ia baru mengetahui kalau Cici lah yang telah mengambil
aksesoris miliknya.
Setelah bel pulang sekolah, Milka dan
teman-temannya menuju taman sekolah untuk bermain.
“Eh eh eh, kalian dengar nggak tadi
waktu kita mau masuk kelas, Cici sama Lili membicarakan aku. Ternyata
sebenarnya Cici yang mengambil aksesorisku.” kata Milka pada teman-temannya
“Apa?” teriak teman-teman Milka
bersamaan seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Milka.
“Kamu tau dari mana, Milka? Mereka
kan anak baik.” tanya Ifa.
“Iya aku tadi dengar sendiri Lili
bilang seperti itu ke Cici.” jawab Milka.
Cici dan Lili yang mendengar
perkataan Milka dengan teman-temannya langsung saja kaget bukan main. Mereka
bingung dari mana Milka tau kalau Cici yang mengambil aksesoris Milka. Cici dan
Lili mulai panik. Lalu terlihat teman-teman Milka datang menghampiri Cici dan
Lili.
“Benarkah kamu yang sudah mengambil
aksesoris Milka?” tanya Ifa pada Cici.
“Hah? Bu..bu..bukan aku yang
ngambil. Jangan menuduh dong! Kamu kan nggak punya bukti.” sentak Cici.
Milka dan teman-temannya segera
meninggalkan Cici dan Lili dengan keraguan dan kecurigaan. Cici yang sudah
terlanjur panik akhirnya mengelus dada.
“Fyuh! Untung saja gak ketauan sama
mereka. Kalau ketauan bagaimana nasibku nanti.” kata Cici pada Lili.
Milka pun pulang. Sesampainya di rumah,
ia segera memberitau papanya kalau ternyata Cici yang mengambil aksesorisnya.
Papanya kaget bukan main. Ya, bagaimana tidak, Cici adalah anak yang sopan dan
baik. Bisa-bisanya ia mencuri barang milik anaknya.
“Oke besok papa akan lapor kepada
wali kelasmu.” kata Papa Milka
Keesokan
harinya, Milka pergi ke sekolah bersama papanya.
“Selamat pagi, bu.” sapa Papa
Milka.
“Pagi, Pak. Ada perlu apa ya?”
tanya Bu Keni.
“Tolong ajarkan murid anda untuk
tidak mencuri barang milik anak saya!” kata Papa Milka.
“Maaf, Pak. Siapakah yang anda
maksud?” tanya Bu Keni
“Cici, bu. Dia telah mencuri
aksesoris milik anak saya.” kata Papa Milka.
Milka menjelaskan kejadian yang
sudah dialaminya itu.
Akhirnya, Bu Keni pun segera menuju ke
kelas untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“Anak-anak, Ibu ingin tanya
sesuatu. Apakah ada yang tau siapa yang sudah mencuri aksesoris milik Milka?”
tanya Bu Keni
Hampir seisi kelas langsung menoleh
ke arah Cici. Cici hanya diam dan sedikit menunduk.
“Cici, apakah kamu yang mengambil
aksesoris Milka?” tanya Bu Keni lagi.
Cici semakin panik dan keringat
dinginnya pun mulai bercucuran.
“Ti..ti..tidak, bu. Bukan saya yang
mengambil aksesoris Milka.” jawab Milka dengan panik.
“Kamu jangan bohong, Cici.” Kata
Milka.
“Aku nggak bohong, Milka. Memang
mana buktinya?” tanya Cici dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
“Ada kok buktinya. Nih, menemukan
ini di dalam tasmu.” jawab Milka sambil mengangkat sebuah kotak aksesoris
merahnya.
Cici hanya diam. Dia tidak tau apa
yang harus ia katakan lagi karena buktinya sudah jelas kalau memang ia yang
mencuri aksesoris Milka.
“Oke aku mengaku. Sebenarnya aku
iri padamu. Maafkan aku, Milka.” kata Cici sambil meneteskan air mata.
Bu Keni pun merangkul Cici dan
Milka.
“Sudah sekarang kalian baikan ya..
Teman bisa saja jadi musuh kalau kamu bersikap begitu, Cici. Kejujuran adalah
segala-galanya. Percuma saja kamu menjalani sebuah pertemanan kalau tanpa
didasari sebuah kejujuran.” kata Bu Keni.
Akhirnya Cici dan Milka pun berpelukan
dan meneteskan air mata bersama. Cici pun sadar kalau yang telah dilakukannya
itu salah dan Milka membuat kejadian itu sebagai pelajaran.
BIODATA
Nama : Yavica Sasky
Alamat : Jl. Dukuh Kupang Timur XV No. 69-71, Surabaya
Tempat, tanggal, lahir : Surabaya,
13 April 2002
Sekolah : SDI Darut Taqwa Surabaya
okey luar biasa teruskan anak-anak untuk sellalu berprestasi
BalasHapus