Hampir tiap
Sabtu sore, Seno, Andi, Deni dan teman-temannya bermain sepak bola di lapangan
sepak bola dilapangan perumahan mereka.Ketika sedang beristirahat, perhatian
mereka selalu tertuju pada rumah pohon yang ada di tepi lapangan.Rumah pohon
itu masih terlihat kokoh, walaupun umurnya lebih tua dari mereka.Warnanya
coklat pudar yang terbuat dari pohon jati dan terletak di atas pohon yang besar
dan rindang.
“Lihatlah
rumah pohon itu!Kalau kita ada di dalamnya pasti sejuk.Gimana kalau kita masuk
ke rumah pohon itu?”kata Deni sambil meneguk minuman di botolnya.”Iya,
sih,tapi….nggak usah lah.Emangnya kamu nggak pernah denger cerita tentang rumah
pohon itu?”kata Seno.”Cerita apa?”tanya Deni.”Itu loh….cerita tentang anaknya
Pak Broto, si pemilik rumah pohon itu, yang katanya waktu lagi bermain dia
terkunci dan hilang di rumah pohon itu.Lagipula Pak Broto kelihatannya juga
sangat galak,”jawab Andi
Sejak saat
itu, Deni selalu memikirkan apa yang dikatakan oleh teman-temannya.Sebenaranya
ia juga merasa takut.Namun,ternyata rasa ingin tahunya dapat mengalahkan rasa
takutnya, akan misteri rumah pohon itu.Karena tersentuh akan semangatnya Deni,
Seno dan Andi pun turut dalam petualangan Deni.Pertama-tama, mereka menanyakan
hal tersebut kepada orang tua mereka masing-masing.
Mama Deni
bercerita,”Rumah pohon itu ada sejak mama masih kecil, sejak perumahan ini
masih berupa perkampungan.Mama dulu sering bermain di sana dengan anaknya Pak Broto….”saat sedang
bercerita tiba-tiba raut muka mama berubah, sebelum akhirnya melanjutkan
ceritanya,”Tiba-tiba ada kabar bahwa anaknya Pak Broto hilang ketika bermain
sendirian di rumah pohon itu.Mama tidak kebenaran kabar tiu, karena waktu itu
mama masih kecil.Sampai sekarang pun mama masih ragu.”
Cerita yang
belum jelas kebenarannya itu, semakin membuat hati tiga orang sahabat itu
penasaran.Rasa penasaran mereka semakin memuncak, untuk memecahkan misteri ini.
“Aku ada ide
teman-teman!”seru Seno tiba-tiba.”Gimana kalau kita langsung tanya saja pada pemiliknya?”usul Seno.”Pak
Broto maksudmu?”tanya Andi.”Iya, Pak Broto, siapa lagi?Dia pasti lebih tahu
tentang rumah pohon itu, daripada siapapun.”
Setelah beradu
pendapat, akhirnya mereka pun sepakat untuk
menemui Pak Broto.
Dengan
memberanikan diri, Deni mengetuk pintu rumah Pak Broto sembari mengucapkan
salam.Beberapa saat kemudian, pintu rumah tua itu terbuka dan muncullah sosok
laki-laki tua yang masih gagah.Beliau bertanya,”Ada keperluan apa kalian datang ke sini
anak-anak?”
Dengan
terbata-bata, Deni menjawab,”Ka….kami ingin bertanya pada bapak, tentang rumah
pohon milik bapak.”
“Silahkan
masuk,”jawab singkat Pak Broto.Walaupun sempat ragu, akhirnya mereka memberanikan
diri melangkahkan kaki masuk ke rumah Pak Broto.Mereka sangat kaget, karena
rumah Pak Broto sangat indah.
“Kenapa kalian
ingin tahu tentang rumah pohon itu?Apa kalian tidak takut?”dengan ramah Pak
Broto bertanya kepada mereka, sambil menyuguhkan beberapa camilan.”Sebenarnya
kami ingin bermain di rumah pohon itu, pak.Tapi, orang-orang bilang, rumah
pohon itu berhantu,walaupun mereka tidak tahu pasti kejadian sebenarnya yang pasti.Jadi
, kami ingin tahu yang sebenarnya?”kata Andi mengutarakan niat mereka, dengan
sedikit lirih.
Setelah diam
sesaat, Pak Broto memecah keheningan dengan bercerita,”Saya membangun rumah
pohon itu, untuk hadiah ulang tahun anak saya.Anak saya sangat senang, sampai
akhirnya ia harus pindah untuk bersekolah di Jakarta bersama mamanya.Ia
berangkat sekitar pukul 12 malam ke atas, sehingga tak ada yang tahu bahwa anak
saya ke Jakarta.Dua sampai tiga hari kemudian, ada kontraktor yang berencana
membangun daerah ini menjadi perumahan.Mereka membeli lahan, lalu menebang
pohon-pohon dan tentu saja ingin menghancurkan rumah pohon itu.Saya bnar-benar
tidak rela, karena hanya itu satu-satunya kenangan, bersama anak saya.Saya
sangat tidak setuju dengan penebangan pohon tersebut.Maka saya menyebarkan
cerita, bahwa anak saya hilang di rumah pohon itu.Untungnya mereka percaya dan
tidak seorang pun yang berani mendekati rumah pohon itu, termasuk
kontraktor.Mungkin itu alasannya, mengapa di daerah sekitar rumah pohon itu
dibuat lapangan sepak bola, bukannya rumah.”
“Wah,
seharusnya kita berterima kasih pada Pak Broto.Karena cerita itu, kita jadi
punya lapangan sepak bola,”sahut Andi yang tidak lagi ketakutan.”Apa kita boleh
bermain di rumah pohon itu, pak?”Tanya Deni yang dijawab dengan anggukan Pak
Broto.”Asyiiiiiik!!”mereka bersorak untuk tempat bermain yang baru.
TAMAT
By:Hanun Qothrunnada M.
SMP AL MIZAN KELAS VII
SURABAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar