Selasa, 15 Januari 2013

cerpen "SUARA TANGIS MISTERIUS" karya : Hanun Qothrunnada Mudiantoro



SUARA TANGIS MISTERIUS


Untuk mengisi liburan sekolah, Nadine, Serin, si kembar Ranti dan Rinda, Lukman, dan Fedrian akan berkemah di bukit di sebelah barat rumah nenek Fedrian. Dengan diantar oleh pak Supra, berangkatlah mereka ke rumah nenek Fedrian.1 jam… 2 jam… 3 jam… Akhirnya tibalah mereka di rumah nenek Fedrian. Dengan gembira neneknya Fedrian yang hanya tinggal dengan paman Wawan, istri, dan anaknya menyambut kedatangan mereka. Paman Wawan sendiri adalah adik dari ayahnya Fedrian. Ia juga mempunyai anak seumuran dengan Fedrian dan teman-temannya. Namanya Saleh.
Setelah disambut oleh nenek dan paman Wawan beserta istri dan anaknya,mereka pun berbincang-bincang sambil minum teh. Namun lain halnya dengan Lukman.Ia justru sedang berbenah-benah untuk persiapan berkemah. “Lho!Baru sampai kok sudah berbenah-benah. Memangnya kamu mau kemana, Lukman?”tanya nenek.”Kita mau…..”kata Lukman yang diputus oleh Fedrian. “Nek, Fedrian sama teman-teman kan mau berkemah. Itu lho nek,di bukit sebelah barat desa kita.Bukit Layon itu lho… Dan lagi Saleh juga mau ikut,”jawab Fedrian. “O…,tapi ya, istirahat dulu gitu.Kalian kan capek habis melalui perjalanan jauh,”tutur nenek. “Wah!Fedrian sudah nggak sabar lagi,nek. Penginnya cepat-cepat ke sana,”kata Lukman. “Ya sudah.Tapi, sebelum berangkat kalian makan dulu. Nenek sudah siapkan di dapur,”suruh nenek.
Tanpa dikomando untuk kedua kalinya, mereka segera menuju dapur untuk makan. Karena memang sudah dari tadi perut mereka meronta-ronta minta diisi.
“Jangan lupa nanti di sekitar tenda kalian ditaburi garam. Agar ular enggan masuk ke tenda kalian,”pesan nenek. “Iya, nek. Terima kasih sudah diingatkan,”jawab Nadine dengan   sopan.Lalu berangkatlah mereka ke bukit tersebut.Waktu pun berlalu. Setelah mereka mencoba menaklukkan ganasnya medan menuju bukit tersebut selama kurang lebih dua jam,akhirnya tibalah mereka di bukit tersebut.Segera saja mereka mencari tempat yang cocok untuk mendirikan tenda.
Setelah mereka menemukan tempat yang pas,mereka segera mendirikan 2 tenda. Satu tenda khusus perempuan, satu khusus laki-laki.
“Nah, sudah waktunya kalian paman tinggal pulang,”kata paman.”Terima kasih paman, sudah mengantar kami,”ucap Nadine dan kawan-kawan kompak. “Eh!Tapi kalian berani, kan?”tanya paman sebelum pulang. “Berani dong,”jawab Lukman. “Bagus. Nanti malam paman  akan kesini lagi untuk menengok kalian. Oh ya, Lukman, Fedrian, dan Saleh lebih baik jika kalian bertiga menjaga keselamatan teman-teman kalian yang perempuan. Ya sudah sekarang paman tinggal pulang,”pesan paman sebelum pulang.”Hati-hati di jalan, ayah,”pesan Saleh kepada ayahnya.Paman Wawan hanya membalasnya dengan senyuman.
Malam pun tiba. Mereka segera tidur. Kecuali Ranti dan Lukman yang sedang mendapat giliran bertugas menjaga teman-temannya yang tidur selama satu jam.Sepi. Sunyi. Pada pukul 23.00 WIB, mendadak terdengar samar-samar suara orang berbicara. Lalu disusul suara tangis yang sangat kencang. Lukman dan Ranti berpandangan, lalu bergidik. Tubuh Ranti menggigil ketakutan. Saking takutnya, ia langsung masuk ke dalam tenda sambil menutupi muka dengan selimut.Sementara Lukman membangunkan teman-temannya yang sedang menikmati dunia mimpinya masing-masing untuk meyakinkan pendengarannya. Teman-temannya  yang bangun pun langsung memasang telinganya. Dan benar saja,mereka juga mendengar suara tangis tersebut. Bahkan suara itu semakin lama semakin keras. Mereka pun tidak kalah terkejutnya dengan Lukman dan Ranti setelah mendengar suara tangis tersebut. Dari raut wajah mereka tersirat wajah ketakutan.Bahkan Nadine dan Lukman yang terkenal pemberani pun agak takut.
“Jangan-jangan, itu suara hantu penunggu bukit ini. Hiiii…,”kata Rinda ketakutan.”Ah!Nakut-nakutin aja kamu!”balas Serin yang sebenarnya juga takut.”Terus kalau bukan suara hantu, suara apa hayo…?Kan tidak ada orang selain kita di sini,”kata Ranti sambil ketakutan. “Bagaimana kalau kita cari tau asal suara tangis itu?”usul Saleh.”That’s a good idea!”kata Fedrian yang setuju dengan usul Saleh.”Ya.Aku merasa ini sebuah misteri yang harus kita pecahkan.Bagaimana?Kalian setuju tidak kalau kita cari asal suara tangis itu?”kata Nadine mengulang usul Saleh.”Suara tangis itu?”bisik Ranti takut.”Ya.Suara tangis itu.”ujar Nadine bersemangat.”Aku setuju,”kata Serin.”Lantas, bagaimana jika suara itu benar-benar suara hantu penunggu bukit ini,Nadine?”tanya Rinda.”Besok pagi-pagi sekali kita pulang dari sini,”ucap Nadine memutuskan.
Akhirnya mereka pun sepakat secara diam-diam dan hati-hati mencari asal suara tangis itu.
Malam semakin menunjukkan kegelapannya.Sekeliling tampak sangat sepi.Suasananya tampak seperti mengikuti kegiatan wisata malam.Menyeramkan.Bayangan pohon-pohon yang tinggi seakan-akan bayangan manusia raksasa.Sesekali senter di tangan Saleh, Lukman, dan Nadine dinyalakan untuk menerangi jalan mereka.
Tiba-tiba sebuah bayangan tangan mencengkram pundak Ranti.Ranti berteriak kaget,disusul teriakan kawan-kawannya.Sesaat kemudian ada beberapa orang yang menyeret mereka dikegelapan.Mereka dibawa ke balik semak-semak yang rimbun.”Tenang!Jangan pada ribut!Diam kalian!”kata salah seorang dari orang-orang yang menyeret mereka.
Nadine, Lukman, Serin, Fedrian, Saleh, Ranti, dan Rinda terdiam.Tidak ada yang melihat wajah orang-orang tesebut.Jantung mereka berdetak kencang.Dalam bibir dan hati mereka terlantun doa agar dilindungi oleh Allah.
“Dasar anak-anak nakal.Sudah diberi tau tidak boleh keluar malam-malam,malah keluyuran,”kata orang itu kembali.Fedrian merasa mengenali suara orang itu, lalu memberanikan diri menatap wajah orang-orang yang tadi menyeretnya.”Paman Wawan?”seru Fedrian lebih dulu.”Ssst…Jangan berteriak!Diam!” kata Paman Wawan.Ternyata orang-orang yang menyeret Nadine dan kawan-kawannya adalah Paman Wawan dan tiga orang polisi.Paman sengaja membawa polisi untuk mencari Nadine dan kawan-kawannya.
“Sebenarnya kalian ada apa sih keluyuran malam-malam begini?”tanya paman Wawan.Lalu Lukman menceritakan yang sebenarnya terjadi.”Mungkin saja itu buronan kami yang kabur dari penjara dan bersembunyi di bukit ini,”kata dari salah seorang polisi.”Emangnya buronan bapak-bapak polisi ini hantu?Pastinya manusia,kan?Kalau manusia kan tidak mungkin mengeluarkan suara tangisan yang aneh sepeti itu?”kata Ranti.”Begini Ranti,maksud bapak-bapak polisi ini buronan tersebut sengaja menakut-nakuti wisatawan yang akan berkemah di sini agar wisatawan tersebut pergi dari sini, sehingga persembunyian mereka tidak diketahui,”jelas Nadine.”Benar juga,”kata Serin.Setelah berunding beberapa saat, akhirnya mereka pun sepakat untuk melanjutkan perjalanan mencari asal suara tangis tersebut.
Tiba-tiba salah seorang dari anggota polisi tersebut menghentikan langkah mereka.”Sssst…Jangan berisik!Pasang telinga kalian!Benarkah di sini terdengar suara beberapa orang berbicara?”kata polisi itu.”Iya.Apa jangan-jangan suara beberapa orang bicara ini ada kaitannya dengan suara tangis itu, pak?”tanya Nadine.”Mungkin saja ada,”jawab polisi itu.”Bagaimana kalau kita cari juga asal suara itu?”usul Fedrian.”Baiklah, kita cari juga asal suara itu,”kata paman Wawan setuju.
Waktu pun berlalu,akhirnya mereka menemukan asal sura tangis dan suara beberapa orang berbicara tersebut.Ternyata suara itu berasal dari dalam gua yang sangat gelap.Mereka pun bersembunyi di balik batu besar dekat gua tersebut.”Benar-benar tempat persembunyian yang hebat,”kata paman Wawan.Dari balik batu besar tersebut terdengar jelas suara orang-orang tersebut.
“Bagaimana cara kita menyelundupkan hewan-hewan ini, kang?”tanya salah seorang yang ada di gua itu.”Kita bawa keluar dari gua ini  saja nanti pukul 03.00 pagi,”jawab temannya.”Apa tidak sulit kalau kita bawa pada pagi hari, kang?”tanya orang pertama kembali.”Tidak.Percayalah saja padaku,”jawab orang kedua.”Kita beruntung ya, kang.Pasti harga hewan-hewan ini sangat mahal,”kata orang pertama.”Jelas.Itu semua juga berkat anak simpanse yang kita buru ini.Sebab kita dapat memanfaatkan suara tangis anak simpanse ini untuk menakut-nakuti wisatawan yang akan berkemah di bukit ini.Dan pastinya kita akan jadi jutawan.Ha…ha…ha…”terdengar suara tawa yang sangat keras.Lalu suara itu tiba-tiba menghilang.
“Tidak salah lagi.Mereka adalah buronan kita yang suka mencuri hewan-hewan langka yang dilindungi oleh negara untuk dijual kepada kolektor-kolektor kelas dunia,”kata salah seorang polisi.”Lantas, apa yang akan kita lakukan?”tanya Rinda.”Begini saja, saya dan beberapa polisi ini akan turun bukit untuk memanggil warga agar membantu kita.Dan nanti paman juga akan memberi kabar pada nenek.Agar nenek tidak cemas.Sementara kalian mengawasi dan menjaga buronan tersebut,”atur paman.”Oke!”kata Ranti.Akhirnya paman Wawan dan beerapa orang polisi itu pun turun dari bukit.
1 jam… 2jam… .Paman dan polisi itu belum muncul juga.Ditengah kecemasan Nadine dan kawan-kawan, tiba-tiba terdengar suara orang berbicara lagi dari dalam gua.”Parjo,ayo kita bawa keluar sekarang saja arca-arca ini dari sini,”kata orang kedua.”Lho!Kenapa,kang?Ini kan masih jam 01.00?”tanya orang pertama.” Sudah jangan bawel kamu!”kata orang kedua memarahi orang pertama yang bernama Parjo.
“Aduh, bagaimana ini Nadine?Mereka akan keluar dari bukit ini, sementara paman belum kembali?”tanya Serin.”Bagaimana kalau kita lawan saja orang-orang itu?”usul Nadine.”Kamu gila ya,Dine?Coba kamu lihat badan mereka yang besar-besar.Bagaimana bisa kita melawan orang-orang itu,Dine?Sementara kita hanya anak kecil,”kata Ranti.”Sebaiknya kita melawan jangan pake otot , tapi pake ini,”kata Nadine sambil menunjuk kepalanya.”Rencana apa yang ada di kepalamu?”tanya Fedrian.”Begini kita sergap saja mereka.Tapi cara menyergapnya seperti tentara.Alat yang kita gunakan cukup peluit,senter,dan tongkat,”jelas Nadine.”O…aku tau yang kamu maksud.Nanti kita aku akan akan menggoyangkan tumbuhan dengan tongkat untuk memberi aba-aba agar kita meniupkan terompet,eh…peluit secara bersamaan.Lalu kita arahkan cahaya senter ke arah mereka,”kata Lukman yang menebak rencana Nadine.”Tepat sekali!Sambil nanti kamu berteriak dengan lantang dan tegas.’Jangan bergerak.Kalian sudah dikepung.’Oke?”tanya Nadine.”Rencana yang bagus.Kalau begitu,ayo segera kita lakukan.Nanti keburu mereka pergi,”suruh Lukman.Akhirnya mereka berpencar sambil membawa peralatan yang dibutuhkan.
Setelah mereka telah siap dalam posisi masing-masing,keluarlah dua orang bertubuh besar sambil membawa beberapa keranjang besi berisi beberapa simpanse.Segera saja Lukman menggoyangkan tumbuhan dengan tongkat lalu disusul suara beberapa peluit dan cahaya senter yang mengarah ke buronan itu.”Jangan bergerak!Kalian sudah dikepung.Ayo,semua berkumpul di tengah dan duduk bersimpuh sambil mengangkat kedua tangan diatas kepala!Jangan ada yang berani-berani melawan atau melarikan diri.Kami tidak segan-segan menembak bagi yang melawan atau melarikan diri,”tegas Lukman dengan suara yang lantang sampai-sampai menyiutkan nyali para buronan itu.
Selang beberapa menit kemudian,datanglah paman Wawan dengan tiga orang polisi dan beberapa warga.Lalu mereka menggulung pencuri arca-arca kuno tersebut dan membawanya ke kantor polisi.”Terima kasih adik-adik dan pak Wawan atas bantuannya dan kerja samanya,”kata salah seorang polisi.”Sama-sama.pak polisi.Kita juga merasa senang karena telah menyelamatkan hewan-hewan tersebut,”kata Nadine.Akhirnya setelah kejadian itu,Nadine dan kawan-kawannya serta paman Wawan pulang ke rumah nenek Fedrian.
Di keesokan harinya,suasana di kantor kecamatan di desa nenek Lukman ramai.Karena paman Wawan,Saleh,Nadine dan kawan-kawannya memperolah hadiah dari bapak Bupati ,bapak Kepala Desa,bapak Kepala Kecamatan,dan bapak Kepala Polisi atas keberanian dan usahanya dalam menggulung pencuri hewan-hewan langka
Tanpa terasa air mata Nadine berlinang.Ia menangis terharu.Tetapi bukan karena memperoleh hadiah dan penghargaan, melainkan karena ia telah berhasil menyelamatkan hewan-hewan langka tersebut dari tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Satu lagi misteri di bukit Layon telah terjawab.Tak ada lagi misteri yang tersisa di bukit Layon.
  

TAMAT


                                            By:Hanun Qothrunnada Mudiantoro

                                                                             SMP AL MIZAN SURABAYA
                                                                             JL. RAYA CANDI LONTAR 106
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar