Jumat, 11 Januari 2013

Pengertian drama dan unsur-unsurnya



DRAMA


A.       Membaca dan Menentukan Unsur Drama
Karya sastra terdiri atas tiga bentuk, yaitu puisi, prosa, dan drama. Pada pelajaran yang lalu kamu telah belajar membaca puisi. Sekarang mari belajar membaca drama.
Drama berisi dialog antara beberapa tokoh disertai akting yang sesuai dengan petunjuk pemeranan. Oleh karena itu, dalam membaca drama kamu hendaknya dapat berlaku sebagai tokoh yang kamu perankan. Misalnya, jika mendapat tugas memerankan tokoh orang gila, kamu harus bisa bertingkah laku seolah-olah sebagai orang gila (baik dialog yang diucapkan maupun gerak-gerik tubuhnya). Jika mendapat tugas memerankan tokoh dokter, kamu harus bisa bertingkah laku seolah-olah sebagai dokter. Seperti halnya prosa, drama juga mempunyai unsur-unsur. Unsur-unsur dalam drama meliputi tokoh dan sifatnya, latar, tema, alur/jalan cerita, dan amanat.

1. Tokoh dan sifatnya
Tokoh adalah pelaku dalam drama. Sifat atau watak tokoh dapat diketahui dari perkataan dan perbuatannya. Misalnya tokoh yang suka memfitnah teman, memiliki sifat jahat.
2. Latar
Latar adalah tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa. Latar dibedakan atas latar waktu, tempat, dan suasana.
  1. Latar waktu, misalnya, pagi hari, siang hari, malam hari.
  2. Latar tempat, misalnya, di rumah, di jalan, di sekolah, di pasar, dan sebagainya.
  3. Latar suasana, misalnya suasana gembira, sedih, cemas, dan sebagainya.
3. Tema
Tema adalah gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan naskah drama. Tema harus dirumuskan sendiri oleh pembaca melalui keseluruhan peristiwa dalam cerita (drama).
4. Alur atau jalan cerita
Alur adalah rangkaian peristiwa dalam cerita (drama) yang saling berhubungan.
Alur terdiri atas sebagai berikut.
a.       Eksposisi atau pemaparan, yaitu pengarang mulai mengenalkan tokohtokohnya.
b.       Pertikaian, yaitu tahap alur yang menggambarkan mulai adanya pertikaian, baik antartokoh maupun pada diri seorang tokoh.
c.       Klimaks, yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa persoalan yang dihadapi tokoh mencapai puncaknya.
d.       Leraian, yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa persoalan mulai menurun
e.       Penyelesaian, yaitu tahap yang menggambarkan bahwa persoalan selesai.

Apabila tahap-tahap di atas disajikan oleh pengarang secara urut dari tahap pemaparan hingga penyelesaian, dinamakan alur maju. Apabila tahap-tahap alur di atas disajikan secara mundur, disebut alur mundur. Apabila disajikan secara gabungan antara maju dengan mundur, dinamakan alur gabungan.


Secara sederhana, alur dibedakan menjadi bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Jenis alur ditentukan berdasarkan urutan penyajian peristiwa-peristiwa dalam cerita (drama). Jenis alur dibedakan menjadi:
a.         Alur maju, jika peristiwa-peristiwa dalam drama disampaikan secara progresif/maju dari awal, tengah, hingga akhir.
b.         Alur mundur, jika peristiwa-peristiwa dalam drama disampaikan secara regresif/mundur yang diawali dari bagian penyelesaian, dan berangsur-angsur mundur hingga ke bagian permulaan.
c.         Alur campuran, jika peristiwa-peristiwa disampaikan secara maju dan mundur.

5. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam drama. Amanat berhubungan erat dengan tema. Amanat dapat dirumuskan setelah tema berhasil dirumuskan

Sebelum menceritakan isi drama, mari kita mengetahui apa itu drama. Drama adalah karya sastra yang dipentaskan. Dengan kata lain, drama ialah karya sastra dalam bentuk dialog yang lebih diperuntukkan ditampilkan di atas panggung pertunjukkan. Agar dapat bercerita dengan baik, pelajari pula unsur-unsur drama berikut ini.
Sebuah drama dibangun oleh unsur-unsur berikut ini.
a.         Tokoh
Tokoh adalah orang-orang yang menjadi pemeran dalam isi drama.
b.         Dialog
Dialog adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara langsung.
c.         Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa dan kon􀃀ik dari awal sampai akhir cerita.
d.         Amanat/pesan
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis melalui karya sastra.
e.         Latar
Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam naskah drama. Latar tersendiri atas 3 jenis, yaitu:
Ø Latar tempat, yaitu penggambaran tempat peristiwa di dalam naskah drama
Ø Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama
Ø Latar suasana/budaya, yaitu suasana atau budaya yang digambarkan dalam naskah drama, seperti budaya Sunda, budaya Jawa atau budaya masyarakat Minangkabau.

Contoh:
Perhatikanlah kutipan drama “Sayang Ada Orang Lain” berikut!

Sayang Ada Orang Lain
Karya: Utuy Tatang Sontani

DI RUMAH SUMINTO YANG SEMPIT DAN SEDERHANA. SUASANA SEPI. TIBA-TIBA DATANG SEORANG LAKI-LAKI MENCARI SUMINTO.
Hamid                  : “Minto ... Minto! Kau masih tidur di siang hari begini? (SUMINI ISTRI SUMINTO MUNCUL DENGAN PAKAIAN YANG BAGUS)          Suminto ada?”
Sumini                 : “Ada. Mas ... Mas ... ini ada Pak Hamid! (MINTO MUNCUL DENGAN KAUS OBLONG DAN SARUNG)”
Hamid                  : “Lho aneh ...! Istrinya perlente, suaminya kaya gembel.”
Suminto              : “Dia mau pergi, ada urusan.”
Hamid                                  : “Dan kau, tunggu di rumah? Mengapa tidak berduaan saja sambil rekreasi. Ini kan hari Minggu?”
Suminto              : “Hari Minggu malah lebih memusingkan. Uang tak ada, malas mau pergi. Diam di rumah, banyak yang nagih utang.”
Hamid                  : “Engkau selalu pesimis, Minto. Untung istrimu tidak.”
Sumini                    : Perempuan jangan disamakan dengan laki-laki, Pak Hamid. Silakan duduk Pak Hamid, saya mau pergi dulu, ada urusan. (MENDEKATI MINTO LALU MENCIUM TANGAN BERPAMITAN) Saya pergi dulu, Mas! (MINI PERGI KELUAR)”
Hamid                  : “Minto, beruntung sekali kamu memiliki istri seperti dia. Tapi anehnya, engkau selalu kelihatan lesu.”
Suminto              : “Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendah seperti saya ini sangat tidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Gaji yang saya terima sekarang cuma bisa untuk hidup sepuluh hari saja, yang dua puluh hari mesti harus ditutup dengan utang, kalau perlu menjual barang yang layak dijual. Kian lama utang itu bukan kian sedikit, Pak Hamid, tapi makin menggunung. Aku bekerja bukan hanya untuk aku dan istriku, atau biaya sekolah seorang anakku. Tapi, semata-mata untuk mereka yang mengutangkan kepada istriku.”

Hamid                  : “Aku sudah beberapa kali menganjurkan supaya berubah cara berpikirmu. Kamu harus melihat realitas, berpikir yang dialektik. Mestinya kau tidak perlu pesimis dengan gajimu yang tidak cukup. Dengan gaji yang tidak cukup itu, kamu harus bisa menggunakan kesempatan dalam segala cara, agar rumah tanggamu menjadi kuat.”
Suminto              : “Lantas, apa aku harus korupsi untuk menutup kekurangan? Aku tidak bisa berbuat senista itu, Pak Hamid.”
Hamid                  :” Siapa yang menganjurkan kamu untuk korupsi? Aku tidak bilang begitu. Aku cuma menyarankan agar kamu berpikir dialektis, agar kamu dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tapi ... sudahlah, Minto, aku ke sini sebenarnya hanya mau pinjam raket badmintonmu.”
Suminto              : “Sudah tidak ada.”
Hamid                  : “Ke mana?”
Suminto              : “Sudah kujual untuk menutup kekurangan.”

Berdasarkan petikan naskah drama “Sayang Ada Orang Lain”, kalian dapat mengidentifikasikan unsur intrinsik yang ada, sebagaimana contoh berikut.
1. Tema
Secara umum petikan drama di atas mengandung tema kondisi ekonomi yang kekurangan. Hal tersebut dapat dilihat dari petikan dialog tokoh Suminto; Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendah seperti saya ini sangat tidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Gaji yang saya terima sekarang cuma bisa untuk hidup sepuluh hari saja, yang dua puluh hari mesti harus ditutup dengan utang, meminjam, kalau perlu menjual barang yang layak dijual ... (dan seterusnya).

2. Amanat atau pesan
Amanat atau pelajaran yang dapat diambil dari petikan naskah drama di atas di antaranya, yaitu seseorang harus bijaksana dalam menyikapi tuntutan kehidupan berkenaan dengan keadaan ekonomi yang kekurangan. Amanat atau pesan tersebut dapat disimpulkan dari dialog tokoh, antara lain: Aku sudah beberapa kali menganjurkan supaya berubah cara berpikirmu. Kamu harus melihat realitas, berpikir yang dialektik. Mestinya kau tidak perlu pesimis dengan gajimu yang tidak cukup, tapi dengan gaji yang tidak cukup itu kamu harus bisa menggunakan kesempatan dalam segala cara, agar rumah tanggamu menjadi kuat.
3. Alur
Jalinan cerita yang tampak pada petikan naskah drama di atas tersusun secara maju. Artinya isi cerita disampaikan dengan kronologi cerita dari waktu yang lampau menuju waktu ke depan.

4. Penokohan
Dalam petikan naskah tersebut terdapat beberapa tokoh dengan berbagai karakter penokohannya, yang mencerminkan letak posisi tokoh dalam cerita. Salah satu contoh karakter tokoh dari petikan di atas adalah sifat kejujuran yang dimiliki oleh tokoh Suminto. Karakter tersebut dapat dilihat melalui dialog; Lantas, apa aku harus korupsi untuk menutup kekurangan? Aku tidak bisa berbuat senista itu, Pak Hamid.

4.      Latar atau setting
Latar tempat dari cerita dalam petikan naskah di atas yaitu rumah Suminto. Adapun latar waktu dan suasana dalam cerita adalah pada waktu pagi hari yang sepi di hari Minggu. Hal tersebut dapat dilihat dalam petunjuk lakuan maupun dialog tokoh yang terdapat dalam teks naskah, di antaranya; Di rumah Suminto yang sempit dan sederhana. Suasana sepi ... dan dialog: … Ini kan hari Minggu? (dan seterusnya).

Beberapa istilah drama
a.         Babak adalah satu adegan
b.         Adegan artinya satu penampilan
c.         Prolog adalah kata pembukaan dalam permainan drama
d.         Epilog adalah kata penutupan dalam permainan drama
e.         Dialog artinya percakapan dalam suatu permainan drama
f.          Monolog artinya percakapan sendiri atau dilakukan oleh pelaku seorang diri
g.         Mimiek artinya grak-gerik air muka serta isyarat
h.         Reira adalah nyanyian bersama yang dilakukan sewaktu akhir dari permainan drama


Jenis-jenis drama menurut isinya
1.         Drama tragedi
Drama yang menggambarkan kesedihan pelakunya
2.         Drama komedi
Drama yang menggambarkan lelucon
3.         Drama komedi tragedi
Drama yang menggambarkan lelucon, juga menggambarkan perasaan sedih dan duka sebab nasib buruk menimpa pelakunya
4.         Opera
Drama yang berupa tarian dan nyanyian
5.         Operet
Opera atau sendratari yang pendek
6.         Pantonim
Drama tetapi hanya berupa gerakan-gerakan
7.         Tablue
Drama tanpa kata-kata, hampir sama dengan pantonim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar